KAMU SANG PENGARET ATAU MANUSIA TEPAT WAKTU?
“Nanti rapat jam 5 ya di tempat biasa,” sering saya temui kalimat tersebut di beberapa grup ketika akan diadakan kumpul rutin atau rapat. Tak ada yang salah dari kalimat tersebut, mungkin untuk beberapa orang lain akan berpikir itu adalah hal yang biasa. Tapi, pernahkah kalian mengalami sebuah kenyataan dimana ketika ada pengumuman untuk rapat jam 5 dan ternyata baru ada segelintir orang sehingga rapat harus diundur waktunya?
Menjadi mahasiswa dituntut untuk aktif. Itu katanya. Mengikuti satu atau lebih kegiatan guna mendongkrak bahwa dirinya adalah mahasiswa sang agen perubahan. Dihadapkan oleh kegiatan rapat rutin adalah hal yang biasa bagi mahasiswa. Setiap hari dan di waktu yang ditentukan ada agenda tersendiri untuk rapat.
Saya adalah salah satu dari sekian ribu mahasiswa yang mempunyai agenda untuk rapat. Ada beberapa hal yang saya perhatikan ketika saya mulai mengikuti sebuah kepanitiaan atau organisasi yang mengharuskan rapat setiap minggunya. Hal yang mengecewakan yang saya hadapi adalah budaya ngaret anggota sehingga rapat harus diundur menunggu sang pengaret tersebut.
Terlihat biasa dan sederhana permasalahannya. Namun sebenarnya tidak. Kalimat “waktu adalah uang” memang benar adanya. Setiap orang punya waktu kesibukan masing-masing namun setiap orang juga berhak untuk menghargai waktu dari orang lain. Ngaret datang ke sebuah forum atau rapat tidaklah baik untuk dibudayakan. Hargai waktu adalah frasa yang harusnya di tanamkan dalam setiap benak mahasiswa.
Mirisnya dari apa yang saya alami yaitu rapat sering sekali diundur waktunya ketika orang yang datang belum memenuhi kapasitas atau belum banyak. Menunda waktu rapat berarti sama saja dengan memberikan penghargaan kepada sang pengaret dan memberikan hukuman kepada sang tepat waktu. Pernahkah terpikir bahwa manusia tepat waktu juga mempunyai banyak agenda lain yang harus diselesaikan dibanding menunggu sang pengaret datang?
Saya menyebut pemberian penghargaan kepada sang pengaret dan hukuman kepada sang tepat waktu karena jika kita mengundur waktu rapat maka otomatis kita juga membiarkan sang pengaret datang semakin telat dan menjadikan mereka mempunyai pola pikir “ah rapatnya telat aja, kan pasti ngaret” yang padahal dirinya sendirilah penyebab mundurnya waktu rapat. Dan bagaimana dengan manusia tepat waktu? Mereka akan merasa bahwa ketepatan dirinya datang ke dalam sebuah rapat adalah hal yang salah sehingga menyebabkan mereka akan mempunyai pola pikir “ah ga lagi gue datang tepat waktu kalo diundur terus”. Hal seperti ini mungkin tidak terjadi dalam setiap individu baik sang pengaret ataupun manusia tepat waktu. Tapi tentunya, jika terus terjadi seperti ini, bukankah mindset manusia akan berubah tentang ketepatan waktu dalam rapat tersebut?
Ada beberapa cara agar ngaret dalam rapat tidak akan pernah terjadi lagi. Pertama, tentunya kita harus meluruskan bahwa yang seharusnya kita lakukan adalah memberikan penghargaan kepada manusia tepat waktu dan hukuman kepada sang pengaret. Hal ini harus ditanamkan dalam benak setiap mahasiswa terkhusus kepada mahasiswa yang memangku jabatan penting dalam setiap organisasi atau kepanitiaan. Dengan meluruskan persepsi tersebut, sang pengaret yang mendapatkan sanksi atau hukuman akan merasa jera dan berpikir tidak akan lagi ia telat datang ke dalam sebuah rapat atau forum.
Kedua, pemangku jabatan penting dalam setiap organisasi atau kepanitiaan harus mempunyai power atau kekuataan untuk mengarahi anggotanya agar tidak ngaret dalam rapat. Bisa diakali dengan memajukan waktu rapat dalam pengumuman dengan kenyataan rapat sebenarnya. Misal rapat seharusnya diadakan pukul 5 sore, pemangku jabatan bisa memberi tahu bahwa rapat diadakan pukul 4 sore. Meminimalisir anggota yang telat datang.
Dan yang terakhir, sanksi berat yang dijatuhkan kepada sang pengaret apabila ia sudah telat datang lebih dari 3 kali. Sanksi berat tersebut sudah diberitahu dalam aturan secara tertulis atau perjanjian diatas materai sebelum dilakukannya rapat. Komitmennya diuji agar mengetahui seberapa besar ia sungguh-sungguh untuk kontribusi dalam organisasi atau acaranya.
Saya berharap bahwa dengan adanya tulisan ini budaya ngaret yang mulai mendarah daging dalam forum atau rapat mulai ditinggalkan. Karena, memberi apresiasi kepada manusia tepat waktu adalah hal yang gampang. Menghargai waktu adalah hal yang mulia karena waktu adalah harta berharga dari setiap manusia yang hidup di dunia.
Komentar
Posting Komentar